Para peneliti tersebut melakukan penelitian dengan melibatkan tikus. Dalam eksperimen tersebut, tikus mendapatkan paparan sinar ultraviolet yang berkelanjutan. Paparan yang terlalu sering pada tubuh tikus membuat tikus menjadi kecanduan sinar Matahari.
Sebelumnya, memang banyak peneliti yang mengungkapkan adanya zat adiktif pada sinar Matahari. Namun, beberapa peneliti lain menganggap "kecanduan" sinar Matahari merupakan hal yang terlalu berlebihan.
Proses menghitamkan kulit dengan cara berjemur di bawah sinar Matahari lebih dikenal dengan istilah tanning. Dalam studi tersebut, yang dilansir dari BBC, ditunjukkan jika kegiatan tanning lebih dari satu kali bisa didefinisikan sebagai "kecanduan". Hal ini akan meningkatkan produksi endorfin dalam kulit.
Temuan lain yang dihasilkan dari penelitian ini adalah adanya gejala kecanduan, mirip dengan kecanduan obat. Tikus akan mengalami mual, gelisah, dan tubuh gemetar saat diberikan obat untuk mengobati kecanduan yang dialami.
Proses penelitian
Saat penelitian berlangsung, tikus diberikan paparan sinar Matahari saat tengah hari bolong. Paparan itu berlangsung selama setengah jam, setiap hari selama 6 hari berturut-turut. Tidak berapa lama mulai terlihatlah produksi protein dalam kulit yang dinamakan proopiomelanocortin.
Senyawa ini kemudian diurai lagi oleh para peneliti. Di dalam proopiomelanocortin ini terdapat pigmen melanin yang berfungsi sebagai senyawa utama tanning. Senyawa lain yang diproduksi adalah endorfin, sebuah senyawa yang bisa memicu rasa senang dan bahagia. Ini merupakan senyawa oploids yang sama seperti heroin dan morfin.
Tikus kemudian diberikan obat untuk menghentikan pengaruh oploid, namun muncul gejala getar dan tremor pada tubuh. Namun, diakui peneliti, eksperimen ini tidak menunjukkan adanya aksi tikus untuk mencari-cari cahaya Matahari, seperti halnya orang yang kecanduan obat.
"Untuk tahap ini, alasannya cukup masuk akal. Proses ini memang benar adanya dan mungkin terjadi di setiap tubuh manusia. Selama ini, mungkin banyak yang belum sadar akan hal ini. Mereka menganggap bahwa tanning hanyalah kegiatan fashion semata. Padahal, tanning bisa meningkatkan risiko kanker kulit," ujar Dr. David Fisher, peneliti dari Massachusets General Hospital.
Sarah William, peneliti senior dari Cancer Research UK mengatakan bahwa hubungan kanker kulit dengan terlalu banyaknya paparan sinar ultraviolet memang telah lama diketahui. Namun begitu, akan lebih penting jika masyarakat mengetahui cara melindungi diri dari sinar ultraviolet.
"Ketika kita membutuhkan paparan sinar Matahari yang kuat dan sehat, ada baiknya jika kita menikmati Matahari dengan menutup tubuh menggunakan pakaian atau kain," kata Sarah.
Krim pelindung Matahari memang cukup efektif. Namun, harus dengan SPF15 dan brand yang berkualitas. "Krim tersebut bisa melindungi bagian yang tidak bisa dilindungi pakaian untuk menghindari Matahari," ujarnya.
Sumber :
viva
0 komentar:
Post a Comment
www.Wrlov.blogspot.com Merupakan Blog DoFollow
Rules :
1.Komentar Sewajarnya
2.NO SPAM,SARA,FLAMMING,FLOODING
3.Komentar yang Melanggar Akan dihapus oleh Admin
4.Komentar Sesuai dengan Artikel
Terima Kasih Atas Perhatiannya.